Minggu, 26 Agustus 2012


(Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Tiada Tuhan selain Allah.
Sholawat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad, seorang hamba dan rasul.)

A. Asal Muasal Kue Ulang Tahun dan Lilin diatasnya?
Dari seorang Pendeta Yunani kuno yang mempersembahkan kue berbentuk bulat menyerupai bulan purnama, demi menyenangkan hati Dewi Bulan (Arthemis), di kuil pemujaan Arthemis.
Dan diletakkan lilin untuk memberi cahaya pada kue, seperti cahaya bulan.

Intinya : merayakan sesuatu dengan kue dan lilin adalah seperti perilaku paganisme, misalnya pendeta yunani tersebut.

(sumber gambar : google)

B. Bagaimana dengan niat?
"Semua khan tergantung niat. Acara ulangtahun ini hanya untuk sekaligus menyambung dan mempererat tali silaturahim kok," kata seseorang.

Beberapa Jawaban :

a. # Dari Al Qur'an :

1) “Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
(QS Al Baqarah:120)

2) "Tiadalah mereka diperintah, kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan ikhlas dalam menjalankan agama yang lurus dan mendirikan sholat, mengeluarkan zakat. Itulah agama yang lurus."
(QS Al Bayyinah:5)

3) "Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan diapun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus."
(QS An Nisa':125)

4) "Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tidak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik."
(QS. Al Baqarah:99)

5) "Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik."
(QS. Al An'am:106)

6) "Dan diantara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada ditepi.."
(QS Al Hajj :11)
*ditepi, tidak dengan penuh keyakinan.

7) "Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka ssungguhnya dia tersesat bagi (kerugiannya) sendiri."
(QS Al Israa':15)

b. # Dari Hadits :

1) “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk mereka (kaum tersebut).” (HR. Abu Dawud dari Abdullah bin ‘Umar c dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani).
Syaikhul Islam berkata: “Hadits ini hukum minimalnya adalah haram menyerupai mereka (kaum kafir) walaupun dzahir hadits ini menunjukkan kafirnya orang yang menyerupai mereka.

2) "Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari kami, maka amalan tersebut tertolak." (Hadist riwayat Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718, Abu Dawud no. 4606 dan Ibnu Majah no. 14 dari hadits Aisyah) dalam Al-Kutub at-Tis’ah, (Syirkah ash-Shahr li Barâmij al-Hâsib, 1996).

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah?
Mengikhlaskan amal kepada Allah, mengamalkan dengan iman dan mengharapkan ganjaran dari Allah, sedangkan berbuat baik berarti dalam beramal mengikuti apa yang disyariatkan Allah, dan apa yang dibawa oleh Rasul-Nya berupa petunjuk dan agama yang haq.

Ibnu Mas’ud berkata ” Perkataan tidak akan berguna tanpa adanya perbuatan. Perkataan dan perbuatan tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya niat. Dan perkataan, perbuatan serta niat tidak akan bermanfaat jika bertentangan dengan Sunnah Rosulullah yang Shohihah."


C. Kutipan beberapa kalimat, yaitu :

1.  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya bermaksud, "Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, "Wahai Rabbku, ini adalah umatku." Lalu Allah berfirman, "Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu." (HR. Bukhari no. 7049)

2.  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya bermaksud, "Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut" (HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban)
*hadits yang sama dengan diatas, dengan penyampaian yang berbeda, dari dua kitab berbeda.

3. "Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya..."
(QS. Al Mujaadilah: 22)

4. Sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : "Semoga Allah memanjangkan umurmu", kecuali dengan keterangan "Dalam ketaatanNya" atau "Dalam kebaikan" atau kalimat yang serupa.
Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk (semoga Allah menjauhkan kita darinya) hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka. (Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id)

Lagipula, mendo'akan dan mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, dan banyak lagi macam rejeki lainnya sepatutnya dilakukan setiap saat.
Bukan setiap tahun.
Maka, jika mengaku sebagai seorang Mu'min (orang yang beriman), apa dalil yang anda gunakan untuk membantah atau membela kebiasaan tersebut untuk menentang perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan ajaran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam?
Bahwa, Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang?
Anda yakin, Allah tidak sedang mengeraskan hatimu?
Na'udzubillah tsumma na'udzubillah

Bahwa, itu hanyalah kebiasaan sebagai bagian dari etika bersosialisasi dan perkenalan/pendekatan terhadap apa yang ada di dunia?

Maka, peraturan mana yang lebih anda sukai?
* Peraturan Jahiliyahkah, atau peraturan dari Allahu Haq?
Jika memilih peraturan jahiliyah, sedangkan dunia dan seisinya adalah ciptaan dan milik Al Khaliq
Maka, dekat dengan siapa yang anda sukai?
* Dekat dengan yang telah menopang hidup anda sedari awal dan tempat anda kembali setelah kematian nantikah, atau kefanaan?

 5. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya bermaksud, "Dunia adalah penjara bagi orang mu'min dan surga bagi orang kafir." (Riwayat Muslim).

Suatu hari, dengan mengenakan pakaian yang pantas, beliau menaiki baghal yang layak. Beliau berpapasan dengan seorang Yahudi penjual minyak samin. Bajunya belepotan minyak, nampak sebagai seorang yang susah hidupnya. Si Yahudi bertanya kepada Ibnu Hajar, “Apakah tidak salah apa yang dikatakan oleh Nabi kalian, “Dunia itu adalah penjara bagi orang Mu'min dan surga bagi orang kafir? Mengapa saya (yang bukan muslim) demikian sengsara hidupku, sedangkan Anda yang Mu'min, demikian layak hidupnya.”
Ibnu Hajar menjawab, "Selayak apapun keadaan dunia saya, tetap menjadi penjara bila dibandingkan dengan kenikmatan yang disediakan oleh Allah di akhirat bagi orang-orang yang beriman. Karena kenikmatan dunia tidak sebanding dengan kenikmatan akhirat..."

Bagaimana dengan anda? (meniru iklan)
Allahua'lam



Semoga Bermanfaat

Barokallahu fiikum